Minggu, 20 Januari 2008

SANG DEWI

Photobucket

Kehidupan atlet dan dunia olah raga memang sangat langka menginspirasi sineas kita mengangkatnya ke layar lebar. Bisa jadi karena prestasi dunia olahraga kita memble sehingga tidak memiliki daya tarik dan bernilai jual. Melalui "Sang Dewi" film debutannya, Dwi Ilalang hendak membantah pendapat di atas. Syukurlah upaya bantahannya tidak terlalu mengecewakan.

Setidaknya Dwi Ilalang mampu menjadikan tema kehidupan seorang atlit menjadi tontonan yang cukup mengesankan, tak bikin bosan. Ceritanya berpusat dari Beno (Volland Humonggio), seorang bisu yang bekerja sebagai tukang sapu di sebuah sasana tinju. Aliang (Donny Alamsyah) petinju profesional yang melihat potensi dalam diri Beno melatih Beno bermain tinju. Suatu malam saat Aliang melakukan perang tanding di arena liar digerebek polisi. Tunggang langganglah mereka melarikan diri.

Dalam pelariannya Beno menyelamatkan seorang pelacur bernama Laras (Sabai Morscheck) yang tengah mencoba bunuh diri dengan terjun ke sungai. Laras marah dengan tindakan penyelamatan yang dilakukan Beno. Dari sinilah konflik di film ini dimulai.

Secara cerita film ini tidak terlalu kuat, ditambah oleh alur yang agak tersendat dan pola penceritaan yang datar-datar saja. Tetapi kekurangan ini tertutup oleh gerakan kamera yang tangkas dengan angle-angle yang segar dan kreatif. Sehingga kita bisa dengan nyaman menikmati setiap adegan duel. Film ini juga memperlihatkan tata
sinematografi yang baik, ilustrasi musik hadir dengan kadar yang pas, dan yang paling penting, lagu "Sang Dewi" yang dilengkingkan secara memukau oleh Titi DJ. Selain itu kita juga hanya menemukan banyak sekali ungkapan-ungkapan puitis.

Akting para pemain lumayan terjaga, terutama Donny Alamsyah. Karakter Aliang dibawakan Donny secara mantap dan berkembang. Laras, karakter utama yang diperani Sabai justru yang sangat lemah. Kita tidak bisa merasakan kegetiran yang membuatnya tidak percaya pada cinta dan membuatnya ingin bunuh diri. Demikian juga Volland, kita tidak merasakan kedalaman cinta Beno terhadap Laras.

Adegan pembuka berupa kejar-kejaran antara Beno dan Laras kecil oleh sekawanan preman sebetulnya cukup mengena untuk menjelaskan masa silam Laras. Sayangnya kenapa harus dihubungkan dengan pertemuan keduanya kala dewasa? Sehingga terkesan mengada-ada dan kebetulannya segera terasa. Saya kira dengan sedikit perbaikan pada sisi alur, mengurangi sedikit dialog yang tak perlu dan lebih mendaya gunakan bahasa gambar, film ini bisa tampil lebih memikat.

Tetapi keseluruhan film ini terbilang menarik. Ia menyajikan banyak unsur secara lengkap: persahabatan, cinta, tragedi kemanusiaan, dan barangkali semangat nasionlisme meski hanya permukaan. Semuanya dikemas dengan cukup rapi. Sebagai karya debutan, "Sang Dewi" kiranya telah memperlihatkan potensi Dwi Ilalang dalam kerja penyutradaraan.

www.zennku.blogspot.com

Tidak ada komentar: