Rabu, 16 Januari 2008

MENGEJAR MAS-MAS

Photobucket

Dari judulnya saja orang akan segera tahu ini komedi। Syukurlah “Mengejar Mas-Mas” tidak judulnya belaka yang komedi, melainkan secara baik film ini telah menghadirkan komedi yang cerdas dan menyentuh. Bagaimana seorang pelacur murahan harus mengaku sebagai seorang dosen dan penyuluh keluarga berencana demi menyelamatkan diri dan seseorang yang butuh perlindungan.


Dibanding drama komedi besutan Rudi sebelumnya, “Mendadak Dangdut”, alur dan logika cerita film “Mengejar Mas-Mas” lebih sehari-hari dan membumi, termasuk tokoh-tokohnya. Seorang pelacur murahan, pengamen kampungan yang lugu.

Dimulai dari pelarian Sahnaz (Popi Sovia) ke Jogjakarta untuk menyusul pacarnya. Popi terlunta dan hampir diperkosa di sebuah kompleks pelacuran. Ia diselamatkan Ningsih (Dinna Olivia). Ningsih kemudian membawa Sahnaz ke kontrakannya. Dari situ Sahnaz bertemu dengan Parno (Dwi Sasono) pengamen yang pernah naksir Ningsih. Mereka pun akrab dan saling menyukai satu sama lain.

Kepergian Sahnaz Jogjakarta sangat bisa dimengerti. Ia kesal melihat mamanya (Ira Wibowo) mesra dengan pacar barunya, sementara suaminya belum lagi setahun meninggal. Protes Sahnaz dengan cara kabur dari rumah rasanya bisa dimengerti mengingat usianya yang baru memasuki masa remaja yang labil. Termasuk pertemuannya dengan Sahnaz dan Parno.

Akting para pemainnya meyakinkan. Dinna cukup mulus menghidupkan karakter pelacur yang baik hati, demikian juga Dwi Sasono, aktingnya menjadi pengamen kampung tak mengecewakan. Rudi juga berhasil mengarahkan pemain debutan Popi Sovia bermain dengan cukup memikat. Hampir semua dialog dan pengadeganan cukup efektif mengusung gagasan yang disampaikan film ini.

Atmosfer komedi yang diapungkan melalui dialog sangat pas porsinya. Ia tidak memancing tawa terpingkal-pingkal, melainkan senyum simpul. Kelebihan lain yang layak dipuji dari film ini adalah kemampuannya menyampaikan kegetiran dengan komedi . Sementara sisi dramanya juga menyentuh emosi. Ada banyak pesan yang disampaikan melalui dialog maupun adegan-adegan komedi. Tapi sekali lagi kehendak berkomedi terjaga dengan baik, sehingga semua terasa bersahaja dan enak dinikmati.

Kiranya akan makin memikat jika pengeditan film ini digarap lebih rapi lagi. Juga mata kamera yang bergoyang-goyang lebih diminimalisir. Dan terakhir pencahayaan yang muram rasanya kurang mendukung mood film ini. Selebihnya film ini menunjukkan duet yang menawan antara Rudi Soedjarwo dan Monty Tiwa.

Tidak ada komentar: